Radikal
bebas dan antioksidan adalah istilah yang sering kali kita dengar, tapi banyak
orang yang mungkin tidak mengetahui apa arti yang sebenarnya dari radikal bebas
itu.
Sebetulnya
radikal bebas atau sering disebut oksidan merupakan molekul-molekul yang
sangat reaktif di dalam tubuh dan pada hakekatnya dapat merusak bio molekul
penting di dalam sel-sel, termasuk DNA. Hal ini merupakan penyebab utama
penyakit fatal seperti serangan jantung, kanker hingga penuaan dini.
Berdasarkan penelitian ilmuwan Moses
Gomberg dan ilmuwan lainnya, istilah radikal bebas diartikan sebagai molekul
yang relatif tidak stabil di dalam sel, mempunyai satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan di orbit luarnya. Molekul tersebut bersifat reaktif dalam
mencari pasangan elektronnya, yang biasanya “dicuri” dari sel tubuh lain. Hal
inilah yang merusak sel-sel tubuh, sehingga berujung pada penuaan dini.
Radikal
bebas yang bersifat reaktif tersebut juga dapat menimbulkan perubahan kimiawi
dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein, lipid, karbohidrat,
dan asam nukleat. Gawatnya lagi, jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh
maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang
akhirnya jumlahnya terus bertambah.
Zat
anti oksidan adalah substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan
radikal bebas. Radikal bebas merupakan jenis oksigen yang memiliki tingkat
reaktif yang tinggi dan secara alami ada didalam tubuh sebagai hasil dari
reaksi biokimia di dalam tubuh. Radikal bebas juga terdapat di lingkungan
sekitar kita yang berasal dari polusi udara, asap tembakau, penguapan alkohol
yang berlebihan, bahan pengawet dan pupuk, sinar Ultra Violet, X-rays, dan
ozon. Radikal bebas dapat merusak sel tubuh apabila tubuh kekurangan zat anti
oksidan atau saat tubuh kelebihan radikal bebas. Hal ini dapat menyebabkan
berkembangnya sel kanker, penyakit hati, arthritis, katarak, dan penyakit
degeneratif lainnya, bahkan juga mempercepat proses penuaan.
Penyebab
Sinar
ultraviolet matahari antara pukul 10.00 – 15.00, polusi asap rokok dan pabrik,
alkohol, emisi kendaraan bermotor adalah faktor eksternal yang memacu
pembentukan radikal bebas di dalam tubuh. Setiap kali bernapas dengan menghirup
oksigen pasti terjadi oksidasi yang menghasilkan sisa-sisa oksidasi yang
disebut oksidan. Oksidan inilah yang juga membentuk radikal bebas .
Selain
itu, kelebihan gizi merupakan faktor internal pembentukannya. Dalam makanan
kita sehari-hari sebaiknya tidak kelebihan lemak, vitamin, protein, dan
sebagainya. Karena ketika tubuh kita mencerna makanan, selain menghasilkan
energi, juga menghasilkan radikal bebas sebagai bagian dari proses metabolisme
tubuh.
Stres
oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang
dipicu oleh dua kondisi umum yakni kurangnya antioksidan, dan kelebihan
produksi radikal bebas. Keadaan stres oksidatif membawa pada kerusakan
oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh, menyebabkan
terjadinya percepatan proses penuaan dan munculnya penyakit. Berbagai penyakit
yang telah diteliti dan diduga kuat berkaitan dengan aktivitas radikal bebas
antara lain adalah stroke, asma, diabetes melitus, radang usus, penyumbatan
kronis pembuluh darah di jantung, parkinson, hingga AIDS.
Teori
penuaan dan radikal bebas pertama kali digulirkan oleh Denham Harman dari
University of Nebraska Medical Center di Omaha, AS pada 1956 yang menyatakan
bahwa tubuh mengalami penuaan karena serangan oksidasi dari zat-zat perusak.
Kanker dan tumor banyak disepakati para ilmuwan sebagai penyakit yang berawal
dari mutasi gen atau DNA sel. Radikal bebas jelas berperan pada proses mutasi
ini. Bahaya lainnya adalah bila bereaksi dengan low-density lipoprotein
(LDL)-cholesterol menjadi bentuk yang reaktif sebagai faktor resiko penyakit
jantung.
Radikal
bebas (oksidan) ini bisa diatasi dengan menangkal masuknya oksidan ini ke tubuh
dengan memakai tabir surya di kulit, dan juga dengan antioksidan. Antioksidan
dalam tubuh dapat memberikan perlindungan pada tubuh dari ancaman radikal bebas
dan berfungsi untuk menetralisirnya. Manfaatnya dapat memperlambat proses
penuaan dan mencegah berbagai penyakit di atas.
Makanan
yang Mengandung Oksidan (Radikal Bebas)
Jenis
makanan tertentu seperti fast food (cepat saji) dan makanan kemasan atau kaleng
ditengarai berpotensi meninggalkan racun dalam tubuh, sebab jenis makanan ini
berlimpah lemak dan mengandung pengawet. Padahal untuk zaman sekarang kebiasaan
makan makanan berlemak tinggi menjadi sesuatu yang sulit dihindari karena
perubahan pola hidup masyarakat, khususnya di perkotaan.
Para ahli pangan, gizi, dan kesehatan menyebutkan makanan berlemak dapat menjadi sumber radikal bebas dalam tubuh. Yaitu, suatu molekul atau atom apa saja yang sangat tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tak berpasangan.
Menurut Prof Dr dr Harijono KS, SpKK, dosen Fakultas Kedokteran UNS, radikal bebas ini berbahaya karena amat reaktif mencari pasangan elektronnya. Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah. Selanjutnya akan menyerang sel-sel tubuh kita sehingga terjadilah kerusakan jaringan yang akan mempercepat proses penuaan.
Makanan
yang Mengandung Antioksidan
Ada
beberapa makanan yang merupakan sumber antikosidan. Yakni makanan yang
mengandung Vitamin A, C, E, melantonin, betakaroten seperti sayuran,
kacang-kacangan, jagung, kedelai dan buah. Saat ini juga tersedia suplemen dan
susu yang mengandung antioksidan. Daging mengandung banyak oksidan, jadi
sebaiknya perbanyak konsumsi sayur dan buah.
Vitamin
E dan C dikenal sebagai antioksidan yang potensial dan banyak dikonsumsi.
Penelitian yang terbaru berdasarkan hasil studi epidemiologi menunjukkan asupan
sehari vitamin E lebih dari 400 IU akan meningkatkan resiko kematian dan harus
dihindari. Sementara dosis konsumsi vitamin E bagi orang dewasa normal cukup
8-10 IU per hari.
Selama
ini di pasaran suplemen vitamin E dan C umumnya dijual dalam dosis relatif
tinggi. Beberapa produk mengandung vitamin C 1.000 mg per tablet. Padahal,
kecukupan gizi vitamin C per hari bagi orang dewasa yang hidup tenang, tidak
stres atau kondisi lain yang tidak sehat, adalah sekitar 60-75 mg per hari.
Untuk mereka yang tinggal di kota besar yang penuh polusi seperti Jakarta,
dosis 500 mg bisa diterima.
Selain
itu ada beberapa senyawa dalam tumbuhan yang juga bermanfaat, salah satunya
adalah senyawa felonik yang terkandung dalam sayuran, buah-buahan,
rempah-rempah, dan sebagainya. Berbagai hasil penelitian membuktikan senyawa
fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekin dari teh bersifat protektif
terhadap kanker lambung dan usus. Atau contoh lainnya adalah isoflavon yang
banyak terdapat pada kedelai, ginseng, buah dan sayur, dapat menurunkan risiko
kanker payudara.
Senyawa
lainnya yang bermanfaat adalah senyawa karotenoid yang banyak terdapat pada
tomat. Penduduk negara Mediteranian, seperti Italia, Yunani, Spanyol, Mesir,
Siprus dan Maroko memiliki tradisi mengkonsumsi tomat. Studi epidemiologi di
beberapa daerah di Italia dan Yunani menunjukkan angka kejadian yang rendah
untuk penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker seperti kolon, payudara,
dan prostat.
Sumber:
http://kesehatan.kompasiana.com/
ayo anak2 muda, mulailah bersikap positif dng gaya hidup sehat sperti ini. never old to do
BalasHapusSetuju yang kita tidak kira usia memerlukan gaya hidup dan pemakanan yanng sihat :)
BalasHapus